Nama : Melati Marita Rahmadani
NPM : 14110335
Kelas : 3KA28
Melati punya
kelopak yang cantik, putih dan suci. Melati adalah Lambang kelembutan, kebersihan Dan Nuansa
kedamaian hati. Mungkin itulah harapan
dari keluarga berdarah jawa betawi yang sederhana ini saat memberi nama
anak pertamanya. Ya,, Melati lah nama yang diberikan oleh kedua orangtuaku,
dengan harapan kelak aku kan menjadi anak yang cantik, putih dan sesuci bunga
melati. Dan juga dengan harapan orangtuaku aku menjadi anak yang lembut dan
selalu memberikan nuansa kedamaian di sekeliling orang-orang yang ada
disekitarku.
Ayahku yang
berdarah jawa sangat mendidik anak-anaknya untuk selalu belajar
bertanggungjawab dan disiplin. Beliau juga selalu berkata kepada anak-anaknya
kelak harus menjadi anak yang kuat untuk menghadapi segala macam masalah. Ruwiyadi
adalah ayahku, beliau bekerja di PT.Pelni. Aku selalu belajar dari pengalaman
ayah yaitu saat beliau bukan siapa-siapa sampai di ibu kota Jakarta ini, tapi
berkat kegigihan dan keyakinannya beliau
bisa seperti sekarang. Ibu adalah orang yang paling aku sayangi didunia ini,
beliau yang selalu mengerti aku dengan segala apapun yang aku rasakan dan
keadaanku. Beliau selalu mendukungku dan memberikan yang terbaik untukku.
Cita-cita terbesarku adalah membahagiakan beliau, bisa memberikan semua yang
terbaik untuk beliau. Dewi Amalia beliaulah ibuku, beliau yang melahirkanku
pada tanggal 26 Maret 1992. Ibuku selalu berpesan jika aku menyayanginya aku
harus selalu mengingatnya saat aku ingin melangkah, agar aku ingat untuk tidak
melangkahkan kaki ini kejalan yang salah.
Saya lahir 26
Maret sekitar 20 tahun silam, banyak orang yang mengira aku berdarah sunda atau
orang Bandung katanya karena warna kulitku dan wajahku. Tapi yang saya tau
warna kulitku mirip dengan semua anggota kelurga mama, dan orang yang mengenal
mamapun berkomentar kalau aku ini sangat mirip waktu mama masih muda dulu.
Melati Marita Rahmadani adalah anak pertama dari tiga bersaudara, adikku yang
pertama adalah laki-laki sekarang dia duduk dikelas 2 SMA bernama Rizky Yusuf,
aku tidak terlalu akur dengannya mungkin karena jarak kami yang hanya berbeda 4
tahun, jadi dia kurang bisa menghargaiku sebagai kakaknya. Tapi walaupun begitu
dia juga sering khawatir jika terjadi apa-apa kepadaku, misalnya saat aku
terjatuh dari motor atau saat aku harus menjaga rumah sendiri. Adikku yang
kedua adalah perempuan namanya Regina Maharani Azahra, biasa dipanggil Za,
adikku yang kedua umurnya terpaut jauh denganku yaitu sekitar 15 tahun,
sekarang Za baru masuk sekolah Taman Kanak-kanak.
Semenjak kecil
aku tinggal di Bekasi, pada tahun 1996 aku masuk sekolah pertamaku yaitu di
Taman Kanak-Kanak, di TK Cut Meutia yang berlokasi tidak jauh dari rumahku,
setelah satu tahun berlalu aku melanjutkan ke SDN Pengasinan IX, hari pertamaku
sekolah SD aku sangat bersemangat untuk berangkat sekolah, dulu setiap jam 5.30
ayahku sedah berangkat kekantor dan untuk hari pertamaku, aku meminta untuk
mengantarku kesekolah pagi-pagi sekali, akhirnya aku berangkat kesekolah
bersama ayah dan ibuku jam 5.30 sudah sampai di gerbang sekolah dan ternyata
aku datang sangat terlalu pagi, karena gerbang sekolahpun ternyata belum
dibuka, terpaksa aku harus menunggu sampai gerbang sekolah dibuka. Saat itu aku
mempunyai banyak sekali teman-teman baru dan juga kebanyakan teman-temanku
sewaktu aku di TK Cut Meutia, dari semua teman-temanku, aku memiliki teman
dekat yang selalu berangkat dan pulang sekolah bersama, namanya Vera, kemanapun
kita selalu bersama, sampai saat kita kelas 4 SD, dia berpamitan untuk pindah
ke Medan, dia pergi meninggalkan sebuah janji, kalau dia akan kembali untuk
kuliah bersamaku disini, dia berjanji akan mencariku, sekarang aku kuliah sudah
ditahun ketiga, tapi aku tidak mendapatkan kabar apapun darinya. Sewaktu aku
duduk dikelas 1 SMP, aku pernah mendapat kabar burung bahwa dia sudah pergi
untuk selama-selamanya karena penyakit demam berdarah, tapi sampai sekarang aku
belum bisa mempercayai kabar itu, karena tidak jelas sumbernya dari mana,
disini aku masih menunggu kabar darinya, aku masih menunggu dia menepati
janjinya. “Vera, dimana kamu sekarang?,
aku menunggumu kembali setidaknya hanya untuk saling bertemu sapa.. “. Setelah aku lulus SD, aku melanjutkan
sekolah di SMP Tamansiswa, disana aku berada dilingkungan orang-orang berdarah
Jawa, disana aku jadi terbiasa berbicara dengan santun dan sopan. Disana aku
banyak menemukan sosok guru-guru yang sangat bersahaja, guru-guru yang sangat
ikhlas mendidik anak muridnya, mungkin ini yang dinamakan guru tanpa jasa, saat
aku duduk dikelas 3 SMP, saat persiapanku untuk mempersiapkan untuk menghadapi
Ujian Nasional, guru-guruku disana hampir setiap hari mengajarkan kami sampai
sore hanya dengan tujuan untuk membuat murid-muridnya mengerti materi yang
diajarkan dan dengan harapan muridnya bisa Lulus dari Ujian Nasional 100 %.
Alhamdulilah, akhirnya kami semua lulus. Lalu aku melanjutkan ke SMK Yadika 8,
dengan mengambil Jurusan Teknik Komputer & Jaringan, aku bisa mengambil
jurusan ini dan sekolah di Yadika 8, semua karena keputusan dari ayahku, aku
sebelumnya tidak tau ternyata ayahku sudah mendaftarkan aku tanpa sepengetahuan
aku. Setelah aku tau, aku hanya bisa mengangguk dan menjalankan apa yang sudah
dipilihkan oleh ayah. Ingin rasanya marah, tapi untuk apa, aku coba untuk
meyakinkan diriku bahwa ayah pasti sudah memilihkan yang terbaik untukku.
Sambil berharap semoga jodohku kelak, ayah bisa memberikanku kepercayaan untuk
memilih sendiri. Di masa-masa SMK adalah masa-masa saat aku mulai mengenal
cinta, mulai dari yang cinta monyet sampai cinta gila mungkin. Saat aku kelas 1
SMK akhir aku sudah mendapatkan kepercayaan untuk bisa memulai Prakerin lebih
awal, lalu aku mulai masuk kelingkungan para pekerja disalah satu perusahaan ,
aku ditempatkan sebagai admin warehouse, banyak pengalaman yang aku dapat dari
sana, aku belajar berkomunikasi dengan banyak orang, aku bisa tahu suasana
lingkungan kerja, bagaimananya susahnya untuk mendapatkan uang, dari sana aku
bisa lebih menghargai uang karena aku sudah bisa merasakan lelah dan susahnya
mencari uang.
Pengalaman yang
paling tidak bisa dilupakan oleh aku dan mungkin oleh semua keluargaku yaitu
saaat kami harus berpisah yaitu saat ayahku dipindahkan dinasnya ke kota
Sorong, Papua Barat. Ayahku diharuskan pindah ke Sorong awal tahun 2009, karena
saat itu aku duduk dikelas 3 SMK mungkin orangtuaku pun berfikir untuk tidak
meninggalkanku sendiri saat itu, dan dengan berat hati ayahku pindah ke kota
Sorong seorang diri. Tapi setelah aku lulus pada tahun 2010 dari SMK,
orangtuaku memutuskan untuk semua keluarga pindah ke Sorong, karena aku
berkeinginan untuk kuliah di Jakarta, maka ayah mengizinkanku untuk tinggal
disini. Lalu ibuku menyempatkan untuk menemaniku untuk mencari kos sebelum
beliau pindah dan juga mengurus pendaftaran masuk kuliahku di Universitas
Gunadarma. Aku yang terbiasa pergi kemanapun ditemani oleh ibuku, aku yang
setiap hari selalu berbagi cerita dengan ibuku apa yang aku alami
dihari-hariku. Hubunganku dan ibu sangat dekat, ibupun tidak keberatan aku juga
menganggapnya sebagai teman, kata ibu agar tidak perlu sungkan untuk bercerita
apapun kepadanya, aku bisa terbuka cerita apapun itu kepada beliau. Tapi karena
semua ini sudah takdir, kita tidak bisa memilih begitulah ibuku berkata saat
meyakinkanku, dengan berat hati aku melepaskan kepindahan mereka. Hari-hari
pertamaku untuk lebih mandiri dari sebelumnya, sangat terasa berat, hari-hari
dimana aku harus menjalankan hidupku seorang diri, yang biasanya selalu ada
celoteh adik-adikku, yang biasanya selalu ada makan bersama. Sekarang semuanya
kulakukan sendiri, aku dituntut untuk bisa menata diriku sendiri, karena tidak
ada lagi suaru ibuku yang mengingatkan untuk makan setiap kali waktunya makan.
Hari
kemarin adalah sejarah, sejarah yang tidak mungkin bisa dirubah lagi, maka aku
harus bisa menjadikan hari ini lebih baik lagi dari hari kemarin, sedangkan
hari esok adalah harapan, harapan yang harus kukejar untuk menjadi manusia yang
terus dan semakin lebih baik lagi. Itulah yang selalu kucoba tanamkan dalam
diriku.
( Badegos Ronggas )