Minggu, 25 November 2012

Profesi Mulia Miskin Apresiasi


Nama          : Melati Marita Rahmadani
NPM           : 14110335
Kelas           : 3KA28
Mata Kuliah: B.Indonesia



Masjid adalah tempat beribadah untuk umat islam. Tahukah kamu siapa yang bertugas atau bertanggung jawab untuk kebersihan,kerapihan masjid, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan masjid. Ya, marbot adalah seseorang yang ditugaskan untuk menjaga kebersihan masjid dan juga sekaligus menjadi penanggungjawab segala ritual ibadah di masjid seperti adzan lima waktu, menjadi imam cadangan, dan juga khatib cadangan. Belum lagi tugas teknis lainnnya seperti bertanggungjawab atas kebersihan dan kerapian masjid. Tugas Marbot ini sungguh begitu berat karena harus stand by 24 jam mengurusi segala kegiatan di masjid. Mungkin banyak yang tidak sadar akan keberadaannya, profesi yang mungkin direndahkan oleh sebagian orang dan juga mungkin banyak orang yang tidak menganggap bhwa marbot masjid adalah ssebuah profesi, tapi sesungguhnya marbot masjid adalah profesi yang mulia dimata allah, karena seorang marbotlah yang senantiasa membersihkan rumah allah, yaitu tembat ibadah orang muslim. Bayangkan jika disuatu mesjid tidak ada marbot, mungkin warga sekitar masjid kebanyakan dari mereka tidak sempat walau hanya memikirkan kebersihan masjid dilingkungannya. Apalagi untuk membersihkan dan menjaga kerapian dari masjid, hampir semua dari kita pasti memiliki kesibukan masing-masing dan alasan masing-masing. Begitu mulia profesi seorang marbot, tapi yang ia sudah lakukan tak sebanding dengan penghasilan yang ia dapat, hanya karena keikhlasan lah, ia tak pernah mengeluh untuk melakukan semuanya.


   
Taukah kalian berapa honor dari profesi yang mulia ini?. Honor seorang marbot hanya sekitar Rp.300.000-Rp.500.000. Bayangkan apakah pantas untuk profesi seberat dan semulia itu hanya mendapatkan honor sebegitu kecil untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Belum lagi kalau seorang marbot tersebut sudah berkeluarga. Entah bagaimana ia mengatur keuangannya dengan pendapatan yang begitu kecil.  Padahal sudah selayaknya para marbot ini mendapat apresiasi yang layak. Bagaimana tidak! Dengan tugas dan rutinitas yang menjadi beban tanggungjawabnya setiap hari maka ia otomatis akan kehilangan kesempatan untuk mencari nafkah dan bekerja seperti manusia biasa lainnya. Hampir seluruh waktunya akan tersita untuk masjid. Menurut saya, Ummat Islam, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementrian Agama RI haruslah bertanggungjawab untuk menyelesaikan persoalan ini. Para Marbot ini memang tidak akan pernah berdemo menuntut hak-hak nya namun kita semua sebagai kalangan yang memiliki kekuatan berfikir yang logis harus sama-sama memperjuangkan hak-hak mereka yang terabaikan ini. Jargon “keikhlasan” demi melayani Allah seharusnya tak layak disematkan kepada para Marbot ini karena mereka toh juga memiliki tanggungjawab besar bagi dirinya, keluarganya dan masa depannya juga. Sungguh tak adil rasanya “mencampakkan” hak-hak mereka padahal mereka telah banyak berkorban untuk ummat Islam dengan penuh perjuangan. Karena jika kita tidak memperjuangkan mereka maka lambat laun tidak akan ada seorangpun yang mau berprofesi sebagai marbot masjid ini. Karena tenaganya dibutuhkan namun miskin apresiasi dan penghargaan. Apa jadinya bila masjid tidak ada marbotnya? Dipastikan rutinitas dan aktivitas masjid akan semakin sepi dan tak lagi indah sebagai tempat ibadah.

Badegos Ronggas


 sumber : http://lifestyle.kompasiana.com