Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesediaan dan kesanggupan seseorang secara sadar untuk mentatati ketentuan dan
norma kehidupan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi.
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat tidak hanya pekerjaan
formal yang memiliki etika, tetapi pekerjaan informal juga dibutuhkan etika, di
setiap masing-masing lingkungan tentunya memiliki etika yang berbeda. Disini
saya akan membahas tentang etika pada pekerjaan non formil, saya mengambil
contoh pekerjaan sopir angkot.
Sopir angkot adalah seseorang yang berprofesi sebagai
pengantar para penumpang yang akan menuju ke tujuannya masing – masing
menggunakan mobil angkutannya. Untuk menemukan angkot itu sangat mudah sekali,
karena sudah banyak angkutan umum yang beredar di setiap kota. Hanya tinggal
berdiri di pinggir jalan atau kita datang ke terminal terdekat dan pilih
angkutan mana yang sesuai dengan tujuan kita.
Angkot relatif menjadi pilihan masyarakat menengah kebawah
sampai masyarakat ekonomi menengah
karena harganya yang relatif murah dan mudah dijumpai dimana saja. Selain
karena harganya yang murah, kita juga tidak akan kehujanan walaupun jika
kondisi sedang panas, akan terasa panas yang menyengat dikarenakan tidak adanya
AC.
Tapi
seperti yang kita lihat dengan banyaknya angkot dijalan-jalan membuat jalanan
menjadi bertambah macet dikarenakan banyaknya supir angkot yang tidak tertib
lalu lintas dan kuranganya etika, maka disini saya akan menuliskan etika supir
angkot yang baik sebaiknya adalah :
1.
Memiliki SIM (Surat
Izin Mengemudi)
2.
Memiliki STNK (Surat
Tanda Nomor Kendaraan)
3.
Mematuhi rambu – rambu
lalu lintas
4.
Berkendara yang baik,
tidak ugal – ugalan dan berhenti seenaknya saja
5.
Tidak menaikan dan
menurunkan penumpang secara mendadak. Karena akan membahayakan pengendara lain.
6.
Kendaraan nya juga
harus benar – benar dalam kondisi baik. Dari segi mesin, rem, lampu utama,
lampu sen, kaca spion, dan kursi di dalam angkutan. Buatlah suasana yang nyaman
di dalam angkutan.
7.
Jangan berhenti atau
“ngetem” sembarangan di pinggir jalan, karna akan mudah menimbulkan kemacetan.
8.
Dan yang paling
penting adalah mempunyai rasa saling menghormati dan menghargai sesama
pengendara.
Jika semua etika ini dipatuhi pada setiap supir angkot, maka
angkot akan semakin diminati oleh semua orang dan “image” tentang angkot yang
selalu membuat ulah akan menjadi “image” yang baik, tertib dan rapih.
Diatas adalah etika untuk semua supiar angkot, selain itu saya
ambil referensi contoh trayek angkot no 25 di Bekasi, etika diantara sesama supir
angkot 25 adalah
1.
Angkot
yang datang lebih dulu, penumpang yang datang akan didahulukan untuk naik
angkot tersebut sampai angkot tersebut penuh. Baru boleh angkot selanjutnyamendapatkan
penumpang.
2.
Jika
sesama angkot 25 berpapasan dijalan tidak diperkenankan untuk saling mendahului
memperebutkan penumpang
Itu adalah beberapa etika
atau kesepakatan diantara supir angkot trayek 25 yang telah desepekati bersama
diantara supir angkot trayek 25.
Jika supir angkot saja
memiliki etika untuk menghindari keributan antara sesama supir angkot dan juga
demi terjaganya ketertiban lalu lintas, lalu bagaimana kita yang mengakui
berpendidikan tinggi , tidak malukah kita jika tidak memiliki etika
dilingkungan masyarakat dan juga tidak tertib lalu lintas? Kita sebagai
mahasiswa harus kelak bisa menjadi manusia yang patut di contoh oleh masyarakat
banyak misalnya etika dan tertibnya berlalu lintas dalam berkendaraan.
Nama : Melati Marita Rahmadani
NPM : 14110335
Kelas : 4KA28