Nama : Melati Marita Rahmadani
NPM : 14110335
Kelas : 3KA28
Mata Kuliah: B.Indonesia
Masjid
adalah tempat beribadah untuk umat islam. Tahukah kamu siapa yang bertugas atau
bertanggung jawab untuk kebersihan,kerapihan masjid, dan lain-lainnya yang
berhubungan dengan masjid. Ya, marbot adalah seseorang yang ditugaskan untuk menjaga kebersihan masjid dan
juga sekaligus menjadi penanggungjawab segala ritual ibadah di masjid seperti
adzan lima waktu, menjadi imam cadangan, dan juga khatib cadangan. Belum lagi
tugas teknis lainnnya seperti bertanggungjawab atas kebersihan dan kerapian
masjid. Tugas Marbot ini sungguh begitu berat karena harus stand by 24 jam
mengurusi segala kegiatan di masjid. Mungkin banyak yang tidak
sadar akan keberadaannya, profesi yang mungkin direndahkan oleh sebagian orang
dan juga mungkin banyak orang yang tidak menganggap bhwa marbot masjid adalah
ssebuah profesi, tapi sesungguhnya marbot masjid adalah profesi yang mulia
dimata allah, karena seorang marbotlah yang senantiasa membersihkan rumah
allah, yaitu tembat ibadah orang muslim. Bayangkan jika disuatu mesjid tidak
ada marbot, mungkin warga sekitar masjid kebanyakan dari mereka tidak sempat
walau hanya memikirkan kebersihan masjid dilingkungannya. Apalagi untuk
membersihkan dan menjaga kerapian dari masjid, hampir semua dari kita pasti
memiliki kesibukan masing-masing dan alasan masing-masing. Begitu mulia profesi
seorang marbot, tapi yang ia sudah lakukan tak sebanding dengan penghasilan
yang ia dapat, hanya karena keikhlasan lah, ia tak pernah mengeluh untuk
melakukan semuanya.
Taukah kalian
berapa honor dari profesi yang mulia ini?. Honor seorang marbot hanya sekitar Rp.300.000-Rp.500.000.
Bayangkan apakah pantas untuk profesi seberat dan semulia itu hanya mendapatkan
honor sebegitu kecil untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Belum lagi kalau
seorang marbot tersebut sudah berkeluarga. Entah bagaimana ia mengatur keuangannya
dengan pendapatan yang begitu kecil. Padahal
sudah selayaknya para marbot ini
mendapat apresiasi yang layak. Bagaimana tidak! Dengan tugas dan rutinitas yang
menjadi beban tanggungjawabnya setiap hari maka ia otomatis akan kehilangan
kesempatan untuk mencari nafkah dan bekerja seperti manusia biasa lainnya.
Hampir seluruh waktunya akan tersita untuk masjid. Menurut saya, Ummat Islam, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementrian Agama RI
haruslah bertanggungjawab untuk menyelesaikan persoalan ini. Para
Marbot ini memang tidak akan pernah berdemo menuntut hak-hak nya namun kita
semua sebagai kalangan yang memiliki kekuatan berfikir yang logis harus
sama-sama memperjuangkan hak-hak mereka yang terabaikan ini. Jargon
“keikhlasan” demi melayani Allah seharusnya tak layak disematkan kepada para
Marbot ini karena mereka toh juga memiliki
tanggungjawab besar bagi dirinya, keluarganya dan masa depannya juga.
Sungguh tak adil rasanya “mencampakkan” hak-hak mereka padahal mereka telah
banyak berkorban untuk ummat Islam dengan penuh perjuangan. Karena jika kita
tidak memperjuangkan mereka maka lambat laun tidak akan ada seorangpun yang mau
berprofesi sebagai marbot masjid ini. Karena tenaganya dibutuhkan namun miskin
apresiasi dan penghargaan. Apa jadinya bila masjid tidak ada marbotnya?
Dipastikan rutinitas dan aktivitas masjid akan semakin sepi dan tak lagi indah
sebagai tempat ibadah.
Badegos
Ronggas
sumber : http://lifestyle.kompasiana.com