Sabtu, 10 Mei 2014

Etika Pekerjaan Non Formil (Sopir Angkot)


Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seseorang secara sadar untuk mentatati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi. Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat tidak hanya pekerjaan formal yang memiliki etika, tetapi pekerjaan informal juga dibutuhkan etika, di setiap masing-masing lingkungan tentunya memiliki etika yang berbeda. Disini saya akan membahas tentang etika pada pekerjaan non formil, saya mengambil contoh pekerjaan sopir angkot.

Sopir angkot adalah seseorang yang berprofesi sebagai pengantar para  penumpang yang akan menuju ke tujuannya masing – masing menggunakan mobil angkutannya. Untuk menemukan angkot itu sangat mudah sekali, karena sudah banyak angkutan umum yang beredar di setiap kota. Hanya tinggal berdiri di pinggir jalan atau kita datang ke terminal terdekat dan pilih angkutan mana yang sesuai dengan tujuan kita.

Angkot relatif menjadi pilihan masyarakat menengah kebawah sampai  masyarakat ekonomi menengah karena harganya yang relatif murah dan mudah dijumpai dimana saja. Selain karena harganya yang murah, kita juga tidak akan kehujanan walaupun jika kondisi sedang panas, akan terasa panas yang menyengat dikarenakan tidak adanya AC. 

Tapi seperti yang kita lihat dengan banyaknya angkot dijalan-jalan membuat jalanan menjadi bertambah macet dikarenakan banyaknya supir angkot yang tidak tertib lalu lintas dan kuranganya etika, maka disini saya akan menuliskan etika supir angkot yang baik sebaiknya adalah :
1.      Memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi)
2.      Memiliki STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan)
3.      Mematuhi rambu – rambu lalu lintas
4.      Berkendara yang baik, tidak ugal – ugalan dan berhenti seenaknya saja
5.      Tidak menaikan dan menurunkan penumpang secara mendadak. Karena akan membahayakan pengendara lain.
6.      Kendaraan nya juga harus benar – benar dalam kondisi baik. Dari segi mesin, rem, lampu utama, lampu sen, kaca spion, dan kursi di dalam angkutan. Buatlah suasana yang nyaman di dalam angkutan.
7.      Jangan berhenti atau “ngetem” sembarangan di pinggir jalan, karna akan mudah menimbulkan kemacetan.
8.      Dan yang paling penting adalah mempunyai rasa saling menghormati dan menghargai sesama pengendara.
Jika semua etika ini dipatuhi pada setiap supir angkot, maka angkot akan semakin diminati oleh semua orang dan “image” tentang angkot yang selalu membuat ulah akan menjadi “image” yang baik, tertib dan rapih.

Diatas adalah etika untuk semua supiar angkot, selain itu saya ambil referensi contoh trayek angkot no  25 di Bekasi, etika diantara sesama supir angkot 25 adalah
1.      Angkot yang datang lebih dulu, penumpang yang datang akan didahulukan untuk naik angkot tersebut sampai angkot tersebut penuh. Baru boleh angkot selanjutnyamendapatkan penumpang.
2.      Jika sesama angkot 25 berpapasan dijalan tidak diperkenankan untuk saling mendahului memperebutkan penumpang
Itu adalah beberapa etika atau kesepakatan diantara supir angkot trayek 25 yang telah desepekati bersama diantara supir angkot trayek 25.

Jika supir angkot saja memiliki etika untuk menghindari keributan antara sesama supir angkot dan juga demi terjaganya ketertiban lalu lintas, lalu bagaimana kita yang mengakui berpendidikan tinggi , tidak malukah kita jika tidak memiliki etika dilingkungan masyarakat dan juga tidak tertib lalu lintas? Kita sebagai mahasiswa harus kelak bisa menjadi manusia yang patut di contoh oleh masyarakat banyak misalnya etika dan tertibnya berlalu lintas dalam berkendaraan.



Nama : Melati Marita Rahmadani
NPM : 14110335
Kelas : 4KA28